28/01/16

Surat Untuk Februari Tahun 2016: Hari Keempat




Kepada: Lelaki yang Ditelan Bumi.

Lelakiku, apa kabarmu?
Bolehkah aku bercerita tentang seseorang yang belakangan hadir menemaniku?

Aku berjumpa dengannya di acara nonton bareng piala dunia, dua tahun yang lalu. Sosok periang di sebelah meja yang ribut menggodaku yang terlalu heboh bersorak-sorai. Berawal dari saling meledek negara jagoan, kami pun akhirnya berkenalan. Seperti katamu, sepakbola adalah pemersatu nomer dua di dunia selain musik tentunya.

Hobinya bermain gitar, menyanyikan lagu Sheila On 7 kesukaan kita; favoritnya juga. Jemarinya lincah memetik gitar sambil bersenandung, menyihirku untuk kembali ke masa beberapa tahun silam, membuatku termenung di dekatnya. Walau setelah itu, dia selalu mengagetkanku dengan rengekan meminta bayaran per lagu. Alhasil, aku selalu berhasil tertawa melihat ekspresi jenakanya; mencibir sambil melemparinya barang yang bisa kujangkau.

Aku sering mengajaknya ke toko buku. Sifatnya yang tak bisa diam, selalu iseng menggangguku yang sedang serius membaca; menyodorkan buku yang berisi kalimat konyol yang membuatku terbahak. Tak jarang kami dipelototi pengunjung lain karena cekikikan sambil bermain petak umpet di antara deretan rak buku.

Masih ingat dengan daun Mapel dari negeri Sakura yang kamu laminating untuk dijadikan hadiah ulang tahunku?
Daun berwarna merah itu kini ada temannya. Waktu aku berceloteh semangat tentang keromantisan minimalis khasmu itu, dia hanya mangut-mangut tanpa berkomentar apapun. Beberapa bulan setelahnya, dia membawakanku daun Gedi -sayuran hijau berjari lima mirip Mapel- yang dibelinya di pasar. Daun itu sudah rapi terlaminating.
Aku terpana, lalu tertawa kencang sekali. Wajah tengil bercampur kelakuannya yang ajaib adalah keceriaan pertamaku di pagi yang mendung itu.

Lelakiku, kamu pasti menyukai sikapnya yang tulus menemaniku saat dirimu terlalu sibuk dan sering lupa untuk sekedar berkabar. Bersamanya, duniaku lumayan gembira. Aku di sini baik-baik saja, walau akhir-akhir ini terlalu lelah untuk berbahagia.

Salam Hangat,

Perempuan yang Dibunuh Sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar