16/06/11

Bersinarlah Terang, Bintang Kecilku :)

Waktu itu, saya lupa tepatnya bulan apa. Tapi yang saya ingat persis, sosok itu berdiri ditangga mall yang sedang ramai,mengamati orang lalu lalang, terlihat mencolok karena perawakannya yang ajaib. Berdiri tersembunyi dibelakang teman-teman seangkatannya, bergerombol menyongsong kakak tingkat se-fakultas mereka,yang kala itu sedang "dekat" dengan saya.

Sosok urakan, berambut kribo mengembang layaknya Edi Brokoli, penyanyi yang lagi happening jaman kami kuliah dulu. Gaya cuek, berwajah garang, dan sangat sangat sangat menunjukkan kepremanannya, yang menyapa kakak kebanggaan mereka, yang saat itu sedang jalan-jalan di mall bersama saya. Maka saya pun dikenalkan dengan segerombolan mahasiswa baru fakultas yang bangga dengan warna merahnya tersebut, termasuk salah satunya dengan sosok unik yang menarik perhatian saya itu. Ketika itu dia menyebut namanya dengan pelan namun penuh penekanan "Chiko".

Itulah awal perkenalan saya dengan lelaki berwajah garang, namun kelak menjadi adik kecil saya yang sangat manja dan senang merengek. Adik lelaki yang tidak pernah saya dapatkan sejak kecil, yang membuat saya merasa "saya jadi kakak lho...saya udah gede lhoo". Teman-teman saya dulu mungkin banyak yang mencibir, bahkan meledek, untuk apa dekat dengan preman, paling-paling adik seperti itu, hanya akan kuat sampai semester kedua, dan berakhir di ukm pencinta alam dan akhirnya jadi mahasiswa abadi yang kerjaannya nongkrong dan mabuk dikampus. Tapi entah kenapa, sorot mata tegas dibalik sosok preman kribo itu, menjadi magnet saya untuk terus membelanya, dan menegaskan kepada diri saya sendiri, bahwa saya tidak salah dalam memilih teman sekaligus saudara seorganisasi.

Chiko, diambil dari nama pemain bola kegemaran ayahnya, Zico. Tapi Zico kecil tidak bisa melafazkan dengan baik huruf Z, jadilah dia menamai dirinya "Chiko". Chiko, si preman yang senang berkelahi, sampai-sampai harus pindah sekolah pas kelas 3 SMU, gara-gara kenakalannya yang katanya sering membuat mamanya pusing tujuh keliling. Chiko, yang saat pertama menjadi anak baru, hanyalah seorang mantan preman SMU, yang mencoba peruntungan dibangku kuliah. Menjadi dekat dengan saya, sejak saya sering meminta tolong dirinya untuk menyetirkan mobil orang tua saya, yang sering saya pinjam, baik untuk kegiatan organisasi intra dan ekstra kampus, maupun untuk kegiatan pdkt saya dengan si kakak tingkatnya yang tadi saya sebutkan diawal cerita.

Chiko, adalah penyemangat saya kala itu, bersama kata-kata motivasi khas mak comblang, dia selalu berhasil membuat saya tertawa dikala derasnya airmata ketika saya putus asa dalam usaha pdkt yang selalu saja ada halangannya. Anak yang lucu dan pintar, itulah kesan pertama saya. Selalu menganggap saya kakak panutan tempat dia berkiblat, tanpa ragu memuji-muji saya didepan teman-temannya (sampai-sampai saat itu dia sempat dibenci teman-teman cewek sefakultasnya yang ngefans dengan si kakak tingkat yang nauzubilah ngetop seantero mesjid kampus), dalam rangka menjadi tim sukses demi keberhasilan pdkt saya, si kakak angkat, dengan si kakak tingkat.

Chiko, adik saya yang manis, selalu ringan tangan, membantu apapun yang saya minta, sehingga terkadang saya malah suka keterlaluan untuk menyuruh ini itu kepadanya. "De, tolong ambilin ini-itu", "De, kakak nanti mo kesini,kamu ikut yah anterin", "De,ntar malam ajarin kakak nyetir", "De...De...De..." Blablabla...pokoknya tak terhitung kalimat-kalimat bernada perintah yang tak jarang membuat dia kesal,kemudian merajuk,hahaha.

Kami juga sering melakukan hal gila berdua, seperti bermain bilyard, nongkrong di mall, sampai ngebut dijalan raya pada saat jam sudah menunjukkan dini hari, dan pernah berhasil dengan sukses menabrak mobil pengangkut sayur plus mikrolet yang sedang parkir (tak terlukiskan kepanikan diwajah saya dan Chiko waktu menghadapi si empunya mikrolet yang ternyata anggota kepolisian,ahahaha).

Kami juga sering bertengkar, layaknya hubungan kakak dan adik kandung, yang juga pasti tertimpa masalah. Walaupun begitu, kami berdua selalu menemukan cara untuk meminta maaf, dan akhirnya bisa tertawa kembali. Chiko juga pelan-pelan belajar berproses dalam berorganisasi, baik organisasi intra, maupun ekstra kampus. Sosoknya yang urakan, perlahan mulai terbentuk menjadi sosok yang berwibawa. Sosok manja dan kekanakkan, perlahan mulai menjadi dewasa, seiring dengan proses dia di organisasi yang dia geluti.

Dalam hal percintaan, saya juga sempat mendampingi adik tersayang saya ini dalam masa-masa pedekate, sampai masa-masa dimana dia berusaha menyembunyikan raut frustasinya karena persoalan cinta ecek-ecek khas mahasiswa kami dulu,hahaha.

Akhir 2005, setelah berkelana kesana kemari, pacaran sana sini, dia mengenal sosok gadis seangkatannya, yang kebetulan sefakultas dengan saya, gadis yang awalnya merupakan incaran saudara sekaligus sahabat Chiko sedari kecil, namun entah kenapa bisa juga kepincut dengan kemanismaduan mulut si kribo lucu kesayangan saya ini. Entah darimana kesaktian ilmunya sampai berhasil membuat gadis imut itu bertekuk lutut padanya. Suka duka mereka berdua, kadang menjadi hiburan bagi saya (hahaha), tapi juga tak jarang menjadi menjadi bahan pelajaran untuk kumpulan cerita pengalaman kehidupan saya. Kami, saling mengajarkan berbagai ilmu. Ilmu berorganisasi, ilmu bersosialisi, ilmu bertoleransi, dan berbagai ilmu-lmu yang sangat berguna dalam kehidupan kami.

Awal 2006, saya meninggalkan kota kelahiran saya untuk mengadu nasib dipulau Jawa. Pagi-pagi benar saya sudah menjemput Chiko di asrama. Mata berair, rambut acak-acakan, dan muka lecek seperti biasa, tetapi dengan semangat 45 menyambut saya, mama, dan pacarnya (si imut yang juga sangat dekat dengan saya, dan memang sengaja menginap dirumah saya untuk mengantar pagi-pagi), menjemputnya untuk bersama-sama mengantar di bandara. Lelucon-lelucon selama kami menunggu pesawat, tidak menyurutkan raut sedih dimata saya, yang sedikit tersembunyi dibalik canda tawa ceria khas saya. Di Jawa, saya akan memulai perjuangan sendiri, memulai pertemanan baru, dan saya khawatir, tidak akan menemukan sosok adik sekaligus sahabat seperti Chiko. Tetapi, melihat dia yang tampak gembira dengan pacar barunya, perlahan saya lega, setidaknya ada yang menjaga dan memperhatikan adik saya itu.

Hari, bulan, tahun terasa sangat cepat berlalu. Awal-awal kepulangan saya untuk mudik ke kampung, masih menghibur saya. Chiko, seperti biasa selalu menyambut saya dengan canda tawa dan ledekannya yang menyindir hubungan saya dengan si kakak tingkat yang juga menyusul ke pulau Jawa, yang kandas ditengah jalan. Chiko juga, masuk dalam prioritas daftar oleh-oleh ala kadarnya yang saya bawa setiap mudik ke kampung halaman. Wajahnya yang riang memamerkan oleh-olehnya pada teman-teman asramanya, membuat saya merasa "benar-benar pulang". Tetapi, pada tahun-tahun kepulangan saya berikutnya, saya seperti kehilangan sosok adik saya. Chiko, seiring dengan kegiatan organisasinya yang mulai menggerogoti waktunya, mulai menjadi sosok asing yang hampir tidak saya kenali. Sosok berwibawa yang disatu sisi membuat saya berbangga karena bisa melihat hasil kaderisasi kami para senior, tetapi disisi lain, membuat saya kehilangan sosok adik sekaligus sahabat saya. Entah kenapa, Chiko perlahan jauh dari jangkauan saya. Tapi ahhh...buat saya, selama itu semua demi perkembangan prestasinya, saya sebagai kakak hanya bisa turut memberi dukungan dan berdoa saja.

Tahun 2010 kemarin, Chiko sempat tinggal agak lama di ibukota, tempat saya juga mengadu nasib. Dia sedang berjuang untuk mencapai posisi puncak organisasi paguyuban kampung kami, di tingkatan nasional. Terharu rasanya melihat cara Chiko beradu argumen dan mengemukakan pendapat, sungguh terstruktur dan pola kalimat yang dipilih pun sudah sangat teratur. Ahh...adik saya hebat, begitu selalu kalimat yang saya ulang-ulang dalam hati. Bahkan, waktu itu Chiko juga sempat ikut dalam misi gila saya, membuat video sebagai hadiah ulang tahun mantan tunangan saya...hahaha. Saya masih ingat dengan jelas kalimat komplain darinya "kakak...kakak...kreatif cenderung gilanya kakak ternyata belum berubah", ketika saya nekad keliling Jakarta demi berburu "bahan2" video tersebut. Bahkan Chiko juga satu-satunya orang yang saya telepon ketika saya nekad ke tempat prostitusi waria terbesar di ibukota, lagi-lagi untuk berburu bahan video. Setengah berteriak dia menelpon saya "kak...udah sih...tengah malam gini mbok yah tidur, udah tua,masih aja nekad"..hahaha...kasian, dia hanya khawatir yang berlebihan kepada kakaknya yang lucu ini.

Adik saya itu, ternyata tidak pernah berubah. Dia hanya bertambah dewasa. Pengalaman hidup mengajarkan dia banyak hal yang berguna, yang membuat pola pikirnya makin terasah. Salah satu kebanggaan saya adalah ketika ditengah kesibukannya dalam suksesi pemilihan ketua umum, dia berhasil menyelesaikan sarjananya yang sempat tertunda-tunda. Dan sekarang, tampuk pimpinan ketua umum juga telah berada ditangannya. Tidak berlebihan bukan, jika saya sebagai kakak, bangga padanya?!?!

Hari ini, Chiko dikaruniai pertambahan usia. Dua hari lagi, dia akan mempersunting si gadis imut tambatan hatinya sedari kuliah. "Akhirnyaaaa"...itu kata pertama saya ketika kabar gembira tersebut mampir ditelinga saya. Perjuangan mereka berdua, mendewasa bersama, berujung dimeja penghulu dan KUA. Keputusan berani, mengingat saya saja sang kakak, belum terpikir untuk mengganti status lajang diberbagai kartu indentitas, dengan status menikah, hahahaha.

Terbang tinggi, adikku yang manis. Jadilah salah satu bintang yang bersinar terang dilangit, sehingga setiap orang bisa menikmati elok pijarmu. Buatlah kami, orang-orang yang menyayangimu, bangga dengan segala pencapaianmu. Kalau dulu dia selalu bilang dengan sesumbar kepada teman-teman sejawatnya "Ini kakak saya, kakak saya yang hebat, kakak yang sayang sama saya, mana kakak kalian?"...sekarang, malah saya yang dengan dada membuncah bangga mengatakan "Itu adik saya yang hebat, dari dulu sampai sekarang, apapun yang terjadi, saya bangga sekali bisa jadi kakaknya".

"Hidup anda berubah saat Anda menyadari bahwa teman-teman Anda, orang-orang terdekat Anda, memberikan hidup mereka supaya Anda tetap hidup". (Robert T. Kiyosaki)

Chiko dan Mitha, Selamat menyongsong perjalanan bahtera rumah tangga yang baru. Beribu sesal dihati ini karena tidak bisa menyaksikan langsung prosesi kalian memasuki jenjang prestisius sekali seumur hidup. Semoga Tuhan menjadikan kalian keluarga samara.

Selamat Ulang Tahun De'...dari ujung pulau Jawa, kakak cuma bisa berdoa, semoga selalu ingat pesan kakak, jadilah pemimpin yang amanah dan bijaksana. Amin

Jakarta, 16 Juni 2011. Pukul 03.12 a.m

Genteng Ijo 86, menahan ngantuk yang menggila, demi menyelesaikan sedikit hadiah, untuk salah seorang saudara sekaligus sahabat tercinta :)