01/02/12

PHK (Pacar Hari Kamis)


PHK, alias Pacar Hari Kamis. Sebuah judul yang tepat untuk menggambarkan keadaan manis saat ini (atau membingungkan?)..ahhh tak taulah.

Namaku Bella, ibuku yang gemar sekali semua hal berbau Prancis, menamaiku itu, artinya cantik, simpel tapi penuh doa dan harapan agar nama sesuai dengan rupa dan perangai anaknya kelak. Namanya Chaira, kata kakeknya yang menamainya dalam bahasa Persia artinya pesona, nama yang langsung disetujui oleh orang tuanya, karena kalaupun dipisah suku katanya, merupakan singkatan dari nama kedua orangtuanya, sangat kebetulan.

Kami, hanya sepasang anak manusia, yang punya kesepakatan unik, yang mungkin kata orang lain,gila... tapi masing-masing kami memang suka, bahkan bangga, dinamai seperti itu, gila, sinting, sableng, sakit jiwa, atau apalah nama bekennya. Kesepakatan itu sederhana sebenarnya, bahwa atas nama waktu, yang merupakan Tuhan kedua kami, sesuatu yang paling susah untuk anak metropolis, babu para ekspatriat seperti kami, untuk tetap berinteraksi disela kesibukan dan padatnya jadwal, maka kami pun memutuskan untuk menyediakan 1 hari untuk berdua, 1 hari rahasia, untuk 1 hubungan rahasia juga. Mengapa Kamis, karena Kamis merupakan hari keempat, dimana orang metropolitan butuh sesuatu untuk hiburan, sebelum terikat kembali dengan janji2 weekend yang sangat socialita.

Teringat perjumpaan kami sekitar hampir setahun yang lalu, ditengah acara pembukaan pameran fotografi, yang kebetulan merupakan hobi kami berdua. Dia, yang tertawa-tawa riang ketika datang bersama teman-temannya, tetapi tampak serius bahkan autis ketika pembicara menjelaskan tentang maksud pameran, menarik perhatianku. Sosok berkulit coklat, bermata cemerlang memancarkan kepandaian yang samar, senyum khas yang ramah, hmmm...favorit lah pokoknya.

Mungkin kalimat ” People with the same wavelength will always find each others” adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan keadaan kami berdua. Disatu kesempatan, kembali kami dipertemukan dalam suatu acara konser kemanusiaan. Aku bersama teman-temanku, dan dia bersama teman-temannya. Di acara itu kami berkenalan, tapi tetap tak saling mencoba untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan bertukar nomer telpon ato sekedar bertukar alamat email atau bahkan bertukar account FB. Gengsi mungkin, aku juga sebenarnya belum begitu peduli.

Pertemuan ketiga terjadi ketika ada pameran yang iseng aku datangi sendirian, dan dia pun datang sendiri. Hahay, gaung bersambut. Jadilah hari itu hari ngakak bersama, menggoda para SPG, atau foto2 ditempat-tempat yang latar belakangnya bagus disekitar area pameran dengan gaya konyol kami masing-masing. A day with Chaira, begitulah bunyi status FB ku hari itu (oh yah, aku sudah nge-add dia di FB, langsung dari henpon canggih yang harus kubayar tiap bulan langganan internetnya).  Entah kenapa, walaupun kami sudah mempunyai akses untuk berkomunikasi, berupa FB maupun Yahoo Msg, selalu saja ada rasa kebosanan yang hinggap ketika harus menyapa satu sama lain setiap hari. Tetapi kalau setiap minggu tidak ada komunikasi juga, rasanya ada yang kurang. Tawa, canda, sedikit curhat mengenai masalah kerjaan, pribadi, maupun obrolan2 ringan, mengalir lepas, serasa bercerita kepada sahabat yang telah saling mengenal 5 tahun lamanya.

Tak hanya lewat dunia maya, kami juga rajin bertemu, entah untuk nonton film terbaru dibioskop, nongkrong dari cafe ke cafe, keliling hunting foto, ataupun sekedar jalan bareng teman kami lainnya. Ya, beberapa teman-temanku sudah mengenalnya, begitupun para sahabatnya sebagian sudah mengenalku. Sebenarnya tidak ada alasan bagi kami untuk tidak berpacaran, dari segi umur, kami bukanlah anak ABG yang harus sembunyi-sembunyi dari pihak orangtua, dari segi pergaulan, bisalah kami bisa saling mengisi, aku dari segi apapun tidak ada yang menghalangi. Tapi entah kenapa, selalu ada rasa sungkan, bahkan janggal ketika kami sudah berbicara terlalu dalam, masuk ke wilayah asmara. Serasa, ada pembatas yang menghalangi niat itu. Baik dari sisi pemikiranku, maupun dia. Akan tetapi, kami juga tidak bisa menolak bahwa sudah ada hal-hal aneh yang terjadi diantara kami. Meminjam bahasa anak gaul sekarang, chemistry itu udah klik, halah.

Pada suatu hari, pada pembicaraan yang biasa terjadi pada jam-jam bosan dikantor (baca: sekitar jam 3 sore) tiba-tiba Chaira mengangkat topik konyol, tentang ide hang out seminggu sekali. Menarik, agak menggelitik, dan tentu saja penuh ide asik. Aku memilih Kamis, karena hanya dihari itu jadwalku agak lega, alias bebas dari segala rutinitas ini itu, les bahasa, latihan tari, acara wajib kumpul dengan gank, olahraga rutin, klop lah. Chaira pun menyetujui, karena dia juga bebas dengan segala rutinitas mingguannya, bermacam olahraga favoritnyanya (dia selalu berkhotbah tentang ”cintailah olahraga itu, karena dengan cinta semuanya dijalani dengan penuh kesenangan....halah), pertemuan mingguan club backpackers, les piano (hadeuhh, lelaki ini memang agak2 ajaib minatnya), hari wajib berburu kuliner seantero Jakarta bareng teman2 kantornya, bla bla bla. Yah, kami memang sama2 sibuk, socialita ibukota. Kami menyerah untuk menyamakan jadwal weekend, karena masing-masing sudah mempunyai jadwal socialita masing2, penuh dengan hasrat untuk memuaskan hobi dan mencari jati diri. Kamis, adalah hari bernafas, sekarang bisa dikatakan hari mencari cinta. Jiahahaha, membayangkan akan menjalani satu hari yang aneh dalam seminggu, membuat perutku bergejolak. Semangat, hanya itu satu kata yang membuatku tersenyum sore itu, dan entah kenapa berharap bahwa dia juga seantusias diriku. Aku dan Chaira pun janjian pada hari Kamis, yang artinya 2 hari lagi, untuk bertemu, first technical meeting untuk rencana ajaib kami.

Setelah 2 hari, yang herannya terlewatkan begitu saja tanpa perasaan apapun, kami pun bertemu di tempat biasa. Sengaja memilih tempat agak tersembunyi, karena takut bertemu dengan salah seorang teman yang mengenal salah satu atau bahkan kami berdua sekaligus. Bukannya takut, tapi salah satu syarat asik hubungan Kamis ini adalah, tidak boleh ada teman yang tau, baik temanku ataupun temannya.

Kami sepakat, hubungan antara orang dewasa, apalagi orang dewasa yang konyol seperti kami berdua, harus dijalani dengan cara yang konyol juga, cara yang unik, yang tidak biasa, agar nantinya, kalaupun kami tidak berjodoh, pertemuan kami bisa menjadi salah satu koleksi sejarah perjalanan hidup yang tak lekang dimakan penyakit lupa. Yahhh, seperti ide awal yang unik ini pun, kami memilih Rumah Sakit sebagai tempat awal kami bertemu. Hahaha, kenapa Rumah Sakit? Karena menurut kami, selain tempatnya berada di tengah-tengah antara kantorku dan Chaira, di Rumah Sakit juga kami bisa melihat berbagai pola tingkah manusia, hal yang asik untuk diamati (baru tau juga, kami sama2 punya minat mengamati sifat dan sikap makhluk Tuhan yang paling sempurna itu) dan juga kami bisa melihat banyak ekspresi cinta yang terlukis lewat tawa para suster di pos jaga, canda para penjenguk yang mencoba menghibur saudara atau rekan mereka yang sedang sakit, tangis para keluarga yang tinggalkan pasien yang baru mengalami musibah, kecewa yang terlihat diraut wajah para pasien yang duduk manis diruang tunggu dokter jaga, semangat seorang adik yang berlari-lari mengurus keperluan kakaknya yang terbaring lemah , kegembiraan seorang kakek yang dengan bangganya memeluk cucunya yang baru lahir kedunia,  raut lelah para dokter, suster petugas kebersihan, dan smua yang bekerja disana, potret-potret yang diperlihatkan orang-orang dirumah sakit untuk menggambarkan perasaan demi cinta mereka kepada orang yang mereka kasihi atau demi profesi yang mereka jalani. Alasan lainnya sih, supaya kalopun sesial-sialnya kami bertemu dengan teman yang mengenal kami berdua, kami bisa ngeles kalo kebetulan ketemu pas lagi menjenguk rekan yang sakit. Hahaha.

Kami pun menghabiskan obrolan Kamis pertama kami, dengan berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit, mengamati keadaan sekeliling yang penuh kejutan. Melihat adegan seorang ibu yang telaten menyuapi anaknya, terharu dengan pemandangan mesra penuh kasih yang diperlihatkan kakek nenek di bangku taman depan kolam air mancur, dua-duanya memakai gelang Rumah Sakit, pertanda mereka dua-duanya sedang dirawat disana. Terbahak dengan kelakuan seorang lelaki paruh baya yang tampak merajuk ketika sedang disuapin makan oleh istrinya tapi sambil diomelin. Trenyuh dengan seorang petugas kebersihan yang dengan sabar membersihkan sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh para manusia yang lalu lalang, padahal disetiap sudut  Rumah Sakit itu dilengkapi fasilitas tempat sampah dan disetiap dinding dituliskan ”Buanglah sampah pada tempatnya. Setelah puas berjalan-jalan, sambil tertawa-tawa pastinya, kami pun duduk dikantin Rumah Sakit, memenuhi hasrat kami yang lain, LAPAR, hahaha.

Dibangku kantin Rumah Sakit yang sederhana ini, dihadapan seorang lelaki luar biasa yang sedang menghabiskan gado-gado sampai piringnya benar-benar bersih dari saus kacangnya, aku tersenyum sambil berpikir ”Tuhan...karunia apalagi yang coba kau beritahukan pada hambamu ini?”. Terlalu manis kebetulan yang merangkai beragam kejadian membahagiakan ini. Kalaupun ini cobaan, alangkah indahnya cobaanMu kali ini. Untuk seseorang dihadapanku ini, aku berterima kasih dengan segala sujudku padaMu. Untuk sebuah kejadian nyata yang akan menjadi kenangan tak terlupa.  Senyumku kemudian dibalas kerlingan jenaka, seraya berkata ”Kemana lagi kita Kamis depan?”....Sambil senyum menggunakan sorot mata tak kalah nakal menantang, aku membalas ”Ragunan asoy juga kali yeee???”


Jakarta,  1 Februari 2012

Menara BCA Lantai 55, meja pojokan yang dipenuhi warna kuning tercinta ^^
Hari-hari terakhir saya disini, ketika sebentar lagi kaki ini akan melangkah pergi untuk mengikuti kata hati :)