26/01/16

Surat Untuk Februari Tahun 2016: Hari Kedua



Kepada: Lelaki Penggila Mentari yang Menggenggam Malam.

Melihat senyum samarmu, aku jatuh cinta. Simpul bibir yang merekah perlahan, pemandangan langka yang kulihat secara sembunyi melalui sudut mata, ketika kita bergantian menyetir mobil, kala pertama kita berjumpa. Aku bahkan mengabadikan momen “permintaan pertemanan” yang kamu kirimkan malam itu juga di ponsel kuning kesayanganku, demi merasakan perasaan nyaman ketika melihat senyum itu lagi dimanapun, melalui perantara layar tak bernyawa, tanpa harus sembunyi seperti pencuri.

Menatap mata elangmu, aku jatuh cinta. Kolaborasi sorot tajam dan sinar lembut yang terpancar, seakan menyihirku untuk mendekam di sana. Mata yang menatap dunia ketika kaki membawamu berkelana. Mata yang menceritakan tentang harapan dan impian yang menakjubkan. Mata yang menjadi media penyampai pesan pikiran dan perasaan, ketika bicara bukanlah menjadi sebuah pilihan.

Memandang wajah teduhmu, aku jatuh cinta. Kamu ibarat permen gulali, polos dan klasik; selalu berhasil memaniskan dunia. Rona merah ceria terpancar ketika kamu bercerita mengenai khayalan liar yang terangkai melalui banyak celotehan di setiap malam panjang yang membuatku tak lagi peduli dengan satuan waktu. Ekspresi semangatmu ketika aku berkisah tentang hobi baruku yang mulai menyambangi gunung yang tadinya kutakuti setengah mati, adalah hal yang rela kutukar dengan apapun di muka bumi ini demi menyaksikannya lagi dan lagi.

Aku menjulukimu mentari, kamu menyebutku bintang. Kita bersatu menyinari malam, bersama menerangi kegelapan tanpa harus berselisih paham. Bergandengan tangan, saling menentramkan lewat media kata penuh cerita dan sorot mata yang selalu sama.

Hari ini kita memang terpisah. Namun, aku selalu menunggumu di tempat yang sama. Di dasar laut yang indah, dimana keajaiban adalah fakta. Di puncak gunung yang megah, dimana perjuangan adalah nyata. Semesta akan membantuku mengabarkan perihal rindu. Alam akan menjagamu agar tetap sehat dan bahagia selalu, dimanapun keberadaan ragamu.

Salam Hangat,

Perempuan Pecandu Malam yang Mencintai Mentari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar