27/01/16

Surat Untuk Februari Tahun 2016: Hari Ketiga



Kepada: Lelaki Pelarung Harapan.

Beribu rasa bergelayut di pelupuk mata senduku, ketika hanya bisa melihat bayang dalam pigura. Seseorang yang raganya sedang berpetualang, jutaan mil di tanah seberang, tak jelas kapan akan pulang.

Beribu cerita terkumpul di ujung lidah kelu, tak tahu kapan bisa terlontar bebas langsung dari mulutku ke arah telingamu. Laksana dulu, ketika argumen kita beradu. Tak puas hati ini ketika hanya melihatmu lewat perantara teknologi.

Beribu tanya berbaris rapi, menunggu giliran meluncur lewat alunan nyanyian sunyi, karena berita dirimu tak kunjung menghampiri. Kepada langit kutanya kabarmu. Kepada angin kutitip rinduku.

Sabar, pintamu lewat pesan yang menenangkan.

Bahkan ketika hanya mendengar sekilas tawa merdumu, membuatku bersemangat dan siap untuk terbang menyambangimu di negeri sejuta pelangi yang konon menakjubkan itu.

Bahkan ketika hanya mendengar kisah seribu satu dari balasan surat canggihmu yang bercerita lewat untaian jutaan huruf tanpa intonasi, membuatku merasa sedang berada di hadapanmu, di kedai kopi langganan kita; tertawa dan bertukar kisah. Melarung harapan, mendulang impian. Apa saja, asal kita bersama.

Bahkan ketika hanya menerima kabar dari orang lain yang kebetulan berpapasan denganmu, meninggalkan sejuta jejak semu di bahtera alam sadarku, menetaskan bahagia.

Cemas, ujarku dalam setiap pesan yang kulayangkan.

Mungkin diriku hanya kelelahan menyelesaikan pertarungan perasaan. Curiga selalu meradang sebagai pihak lawan yang kerap menyerang. Percaya selalu datang sebagai pihak kawan yang sigap menantang. Siapapun yang menang, tetaplah dada ini dipenuhi rasa gamang.

Mungkin cinta memang membutuhkan banyak pengorbanan. Ribuan, bahkan milyaran. Doakan aku, semoga tegar bertahan.

Lelakiku, apa kabarmu?
Mentari sedang jarang bertandang untuk membisikan perihal sepak terjangmu. Belakangan memang sering hujan. Ah, mudah-mudahan kamu baik-baik saja, dimanapun kamu berada. Aku ada di tempat biasa, seandainya nanti kamu (mungkin) balik bertanya.

Salam Hangat,

Perempuan Pendulang Impian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar