11/08/11

Creating Destiny Part. 1

Jam di layar computer yang sudah hampir dua bulan ini membantu saya mencari sekedar uang untuk makan dan bersosialita, telah menunjukan angka 7.26 PM.

Lampu kelap-kelip kota Jakarta terlihat sangat indah dari jendela lantai 55, disalah satu gedung pencakar langit yang berdiri angkuh dibilangan Bundaran Hotel Indonesia, jantung kota ibukota polusi ini, dimana disalah satu sudut persis disamping kaca terletak meja kerja saya yang berantakan dengan berbagai dokumen dan barang-barang berwarna kuning khas saya, lengkap dengan tiga buah pigura berwarna kuning yang berisi foto-foto orang-orang terdekat saya.

Masih banyak deadline yang harus saya kejar minggu ini. Kerjaan kantor formal menjelang Lebaran gini sibuknya nauzubillah. Kerjaan lepas informal minggu ini belum mencapai target yang sudah saya susun diawal minggu. Pengen nangis rasanya, sama pengen jambakin rambut orang (hahaha).

Padahal, masih segar diingatan, 2 bulan yang lalu, saya masih berfoya-foya disalah satu gugusan pantai diujung pulau Jawa. Tertawa-tawa ditengah sapuan ombak, meliuk lincah pada kedalaman air laut yang walau jam 12 siang, terasa sejuk dikulit. Pantai, angin, dan langit biru, serta bintang malam, merupakan sinergi unik yang selalu menenangkan syaraf dan otot lelah saya menghadapi kerasnya Jakarta (apa coba).

menikmati hidup digugusan pantai


Hampir dua bulan saya kembali bekerja, beraktifitas layaknya “orang normal”, bahkan sekaligus mengerjakan dua pekerjaan yang sama-sama menyita waktu dan tenaga. Kenapa? Karena kali ini saya tidak mau kecolongan rencana dan waktu. Hidup saya 2 tahun belakangan benar-benar jauh melenceng dari “milestone” yang sudah saya susun, akibat ketidakdisiplinan saya dalam menyusun dan menjalankan rencana. Dan akibat dari ketidakdisiplinan itu sungguh menyakitkan, dan membuat saya harus rela mengulangnya lagi dari awal. Setiap hari saya menghibur diri dengan kata-kata positif yang jadi afirmasi untuk pelaksanaan tujuan saya tahun depan. Tapi tiap hari saya juga harus rela melihat status teman-teman saya di akun jejaring sosial milik mereka tentang perjalanan-perjalanan menyenangkan mereka keliling Indonesia dan dunia. Benar-benar membuat batin saya memaki dan terkadang berpikir kembali, apakah benar keputusan saya sekarang?

Tetapi, banyak hal yang akhirnya membuat saya bangkit dari mimpi dan hal-hal manja lainnya. Semua hal menyenangkan yang diperlihatkan teman-teman sesame petualang, saya jadikan sebagai suplemen, dan referensi , dan saya berjanji, tahun depan, ketika “kerajaan” saya sudah lumayan stabil, saya akan menjalankan kembali mimpi-mimpi saya yang sekarang saya paksa “istirahat sejenak”.

Tidak ada pencapaian tanpa sebuah pengorbanankan? Tidak ada hasil yang spektakuler tanpa sebuah rencana yang brilian yang diiringin disiplin yang luar biasa kan? Tuhan itu tidak pernah tidur. Dan sekali lagi saya percaya dengan kata-kata, semua kejadian terjadi karena suatu alasan. Hanya saja, saya masih harus bersabar, untuk mengetahui apa alasan dibalik jungkir baliknya saya sekarang.

Seperti kata idolanya idola saya (hahaha), “Life is what happens to you while you’re busy making other plans (John Lennon)”. Jadi, sekarang inilah hidup saya. Seorang Shinta yang sibuk bangun pagi, kembali membangun mimpi dan merencanakan kehidupannya dengan lebih pasti. Tidak ada jalan lagi untuk berbalik dan lari. Itu hanya cara seorang pecundang yang memilih pergi dan bersembunyi. Mudah-mudahan Tuhan, si Kekasih Hati yang abadi, akan selalu membimbing dan menuntun saya kearah jati diri yang sesuai dengan mimpi.

“I believe that everything happens for a reason. People change so that you can learn to let go, things go wrong so that you appreciate them when they’re right, you believe lies so you eventually learn to trust no one but yourself, and sometimes good things fall apart so better things can fall together.”

Jakarta, 11 Agustus 2011
8.25 PM waktu si kompie

Menara BCA, masih berkutat dengan komputer dan deretan lagu dari headset si KuBee, seluler pintar yang hampir kehabisan tenaga.


Jakarta pada malam hari, dari jendela disamping meja kerja saya ^_^

Karena si KuBee bener-bener lowbat, saya akhirnya browsing pemandangan yg mirip dgn apa yg saya liat dari jendela



berasa berkunjung dimarkas salah satu parpol gak sih,hahaha

mimpi pertama saya tahun depan...semoga terwujud...aminn aminnn




Tidak ada komentar:

Posting Komentar