23/06/10

Refleksi Cinta Part 2: Kebijaksanaan yang Lahir dari Pengalaman

Cinta, ternyata tidak gampang untuk dijalani. Kita butuh banyak belajar untuk itu. Belajar dari pengalaman, belajar dari orang2 sekeliling, dan belajar berdamai dengan waktu.
Mengamati dan menjalani, itulah prosesku untuk lebih memaknai cinta dalam perjalanan hidupku. Thanks God, aku banyak diberi ujian ketika mulai belajar, diberi banyak orang2 yang masuk dalam kehidupanku, untuk belajar tentang bagaimana sebenarnya menjalani cinta itu sendiri, dengan menggabungkan pengalaman dan cerita dari orang2 sekelilingku tersebut. Tak heran, banyak orang yang mati demi cintanya, karena dia mungkin tidak bisa berkompromi dengan hal2 lain yang mengkomposisikan bahan dasar cinta tersebut (konflik, perang batin, canda,tawa,tangis,intrik,tulus,ikhlas, dll), tetapi tidak sedikit pula orang yang menjadi sangat kreatif dan berhasil menemukan jati diri mereka ketika mereka berhasil mengkolaborasi hal2 positif dan negatif dalam cinta menjadi sebuah karya agung yang lebih bermakna, atau sebuah pencapaian yang lebih bisa menggambarkan, betapa sebenarnya cinta itu diciptakan untuk mewarnai kehidupan manusia, sehingga menjadi paripurna.

Dulu, ketika aku masih belum mencoba jujur pada diri sendiri, aku selalu menyalahkan para lelaki itu, waktu, dan keadaan yang tidak pernah sesuai dengan keinginanku. Padahal, mereka, para lelaki itu adalah karya Tuhan yang sengaja didatangkan sesuai tugas mereka masing2. Mendidik, mengajarkan, serta menguatkan aku dalam proses belajar. Mereka tidak pernah salah, waktu juga tidak pernah salah, tidak ada yang salah ketika kita mencoba untuk lebih melihat dari berbagai sisi, berbagai kepentingan. Aku yang sudah benar mempraktekkan peribahasa”kita baru sadar betapa berharganya sesuatu, ketika itu sudah tidak berada ditangan kita”, tapi memarahi diri sendiri dengan ”hubungan itu seperti gelas kaca, ketika dia retak dan akhirnya pecah, akan lebih baik membiarkan dia seperti itu, daripada itu akan melukai tangan kita”, dan mencoba menghibur diri dengan ”Life isn’t fair, but it still good” tapi kemudian menyadari bahwa ”Berdamailah dengan masa lalumu, agar itu tidak merusak masa kini dan masa depanmu”. Menjadi tua itu wajib, tapi menjadi dewasa itu pilihan. Saatnya untuk merubah paradigma dan sifat yang salah, yang ternyata merusak jiwa ini, membuat segalanya terlihat picik dan penuh rekayasa.

Buat semua yang ada di note ini, Shinta ucapin banyak terima kasih. Ini semua terinspirasi dari kalian, gak punya maksud untuk sekedar eksis di wall kalian, ato cari sensasi yang gak berguna. Tanpa kalian sadari, kalian telah banyak ngajarin aku banyak hal, membuat aku berterima kasih pada Tuhan, betapa beruntungnya aku dipertemukan dengan orang2 seperti kalian. Papa, Mama dan K’Santi, yang selalu tau kapan saatnya mereka harus menegur, tapi juga mengerti dengan memberi kepercayaan dengan membiarkan aku belajar sendiri dan suatu saat kembali lagi dengan menjadi Shinta yang selalu mereka banggakan, pasangan om Nasrul Ramadhan dan tante Poppy Zuchra, pasangan unik yang rela naik motor vespa antik dari RCTI Kebon Jeruk sampai Gading Serpong Tangerang ato keliling naek vespa ke kampung2 yang masih asri sebagai salah satu upaya biar tetap awet kayak mereka masih muda, dengan cerita2 tentang bagaimana cara menyiasati kehidupan berpasangan agar tidak bosan dan selalu menemukan hal baru, bersedia jadi mama papa angkat di Jakarta yang rela rumahnya diberisikin oleh dengkingan suara gak jelasku, yang selalu ngirimin email2 berbau agama agar anak angkatnya ini kembali ke jalan yang benar, yang selalu mendoakanku agar segera dapet jodoh yang baik agamanya (amin tante om,makasih banyak), Stanley Manus, sepupu yang sejak kegagalan kisah cinta pertamaku sampai sekarang, selalu siap jadi ”shoulder to cry on”, dan ngajarin bahwa selama ada niat mau merubah sifat jelek kita, Tuhan akan nunjukin kita orang yang tepat, dan ketika itu sudah ada didepan mata, jaga baik2 dia.

Ivan Telwe dan Meidy Tumbelaka, untuk pelukan dan tamparan, pujian dan cacian, bisikan dan teriakan, hari demi hari, yang bikin aku kuat, sadar, bangkit, dan akhirnya lepas dari awan hitam itu, Cyanthi Manoppo buat teori hukum ekonomi yang dikonversi ke teori dalam berhubungan, Nola Pongantung dan Ficho Watilete, pasangan unik yang selalu setia dan awet sembari memperlihatkan ”ini lho keindahan dunia yang dilihat dari kacamata cinta” (oh maygattt, ada artisss...Glenn ma Dewi Sandra...jiahahah), Teddy Muhammad, teman sesama Tukang Jalan-Jalan plus Tukang Jajan-Jajan yang menemani trip2 patah hatiku selama ini (saia sudah sembuh sekarang, tapi ajaibnya sakit jalan2 itu masih akut, T_T), Rezky Dunggio dan Elvira Mokoginta, duo fashionista yang ngajarin, kalo abis patah hati itu justru harus tampil secantik mungkin, gak ada salahnya menghibur hati dengan melihat tampilan wajah sendiri (hahay...narsisme yang sangat menolong galz), Teddy Mintjelungan dan Sari Wowor, satu2nya pasangan suami istri yang jadi mami papinya ManDJa, yang hidup terpisah demi meraih masa depan, yang tanpa mereka sadari ngajarin bahwa kemanapun badan kita berada, selama hati kita menyatu, jarak, waktu, uang dan segalanya adalah hal2 yang bisa diusahakan dengan kekompakan, hal2 kesekian yang gak akan membuat dunia runtuh, Dimas Adi dan Switha Sambul, untuk pelajaran cinta kalian ”when I say I love you..I takes all the bad and good side about you.. cause loving others is easy when you love and accept yourself”.

Harry Kawanda, calon master psikolog (tereakk amennnnnn) yang senang ilmu psikologi untuk mengobati diri sendiri (haha), yang menjadikan aku salah satu kelinci percobaan dengan semua nasehat2nya yang membuka pikiran, yang status terakhirnya di FB, sangat menyentuh dan sangat ”not so Harry” mengingat sakit jiwa akut yang dideritanya ,hal yang memicuku untuk memulai dan mewujudkan semua ide yang tertanam disudut otak, Kuberdiri disini, menatapmu, dan menarik nafas awalku, menujumu. Belum terlambat memang, untuk melupakanmu, meniadakan keberadaanmu. Namun kuhirup nafas terakhirku, dan memilihmu untuk hidupku. Memilih untuk dikutuk dunia. Sampai pada saatnya, mereka akan tahu, sempurna untukku adalahmu. (ku pinjam statusmu mak, buat sedikit referensi), Kharisti Melati yang selalu yakin akan adanya cinta sejati, ketika yang qta butuhkan hanyalah sabar, dan kalimat2 penyemangat hari yang ditulis via ym sejak mata ini membuka sampai menutup kembali setiap hari (makasih mak, ketika lu dah sabar ma gw, maka welcome to the ”sakit jiwa club” hahay), Lyana Indah yang selalu ngasih liat semangat dalam kelemotan tiada tertolongnya, ketika cinta itu bisa dikonfersikan dengan semangat bekerja, bahwa mimpi itu harus dikejar sampai ke Ragunan, jiaahahaha, Shandy Kharisma dan Dwiani Hapsari (pasangan yang lama2 mirip mukanya) yang ngebuka mataku, bahwa gak ada pasangan didunia ini yang sempurna, tetapi ketika kita menjalani itu dengan tulus, maka seisi dunia akan membantu hubungan itu untuk menjadi paripurna.

Gerry Sirait Bumbungan, orang yang sebenarnya telah lama ngajarin (sayangnya aku telat sadar) kalo ketika kita sayang, tak perduli apa kata orang, dan jangan pernah menyalahkan keadaan yang tidak sesuai dengan kemauan kita, gali potensi diri, untuk menutupi kekurangan dan mengasah kelebihan, Novita Octaviani, yang nunjukin dibalik semua pertengkaran dan petualangan cinta kekasihnya, sejak tahun 2002 sampai sekarang (mungkin, sotoy gw Vit, maap ye hehe), ada doa yang selalu diselipkan untuk kekasih hatinya, sahabat hatiku si CA di part 1.

Renny Kristina, untuk kisah perbedaan yang bisa selalu teratasi ketika kita rela plus ikhlas, dan menjalani smuanya dengan lapang dada, Chairul Akbar, sang sahabat hati, untuk ”latihan uji kesabaran dan mental” yang setahun lebih diajarin, untuk penghiburan2 dikala ”kabut” itu masih sering turun dikepala, dan airmata itu masih deras seperti Niagara Waterfall, maaf atas segala tuntutan yang tidak beralasan dan merugikan persahabatan kita itu yah, dasar adik tak tau diri ini. Tapi aku yakin, kamu akan selalu menyambut ku didepan pintu biru itu dan berkata dengan senyum jenakamu ”ehhh...ada kk Shinta...darimana kk Shinta”, tak perduli seperti apa pertengkaran sepihak yang aku ciptakan. Nadif Fabiansyah, ”berani berbuat, berani bertanggung jawab”, pesan moral yang selalu diulang2 ketika otak ini masih bertarung dengan perasaan, dan hasilnya selalu 7-0 seperti pertandingan Portugal kemarin,jiahahaha. Ibu Sarahdita, orang pertama yang tidak bertanya ”buat apa?” tapi memberi pompa semangat dengan ”butuhnya kapan?”, untuk semua sumbangan pemikiran yang briliant, dan pemberian kata2 semangat yang tidak pernah aku duga, malu hati rasanya jika masalah cinta ecek2 ini jika dibandingkan dengan pergumulan hidup yang berhasil Ibu lewati, kata2 ”maafkanlah dirimu terlebih dahulu, pasti akan lebih mudah kau memaafkan orang lain”, Tydara Risalia, neng geulis yang selalu menghibur dengan kata2 penyejuk hati, yang pengalamannya sebenarnya lebih dramatis dariku, kisah klasik anak2 korban keadaan, yang tetap eksis menjalani hari, bahkan selalu siap membantu, selalu mengerti tanpa pamrih, selalu tersenyum melihat kekonyolan sahabat tengilnya ini, dan selalu mengingatkan bahwa kalo ketika kita kecewa, bawalah dalam sholat, niscaya Tuhan akan memelihara rasa kecewa itu, dan mengganti dengan bahagia, sesuai dengan waktu yang ditentukanNya. Dewi Ratih Maharani, untuk ilmu puasa dan sholat sunnah yang selalu diulang2 didepanku, dan menunjukkan, betapa bahagianya menjadi seorang yang berjalan dijalan yang diridhoiNya, Ussy Susilawati, sobat sekamar, yang dulu membuatku merasa sedikit mencibir ketika dia terlalu memuji Aanya, betapa dia selalu setia kepada pacar sekaligus teman terdekatnya itu, tapi skarang aku mengerti, bahwa keteduhan hati itu akan tercipta, ketika hati dan pikiran kita hanya tertuju pada 1 orang, Aji Jaya Saputra, bahwa tidak semua lelaki itu brengsek, perlakukanlah mereka dengan tulus, karena apapun nama jelek mereka, entah itu bajingan, bangsat, buaya darat, bokis, dll yang bisa ngegambarin betapa mereka itu hmmmmm....yahhh...tapi mereka tetap punya hati, yang akan membalas perilaku kita dengan penuh kasih, ketika kita tulus menyayangi..

Shelty Christine Marentek, untuk award ”Kekasih tersetia dan terbaik abad ini”, kata2mu yang sampai sekarang terngiang2 dikepalaku adalah ”gak masalah aku bersabar dengan 1 orang saja, bukannya lebih pelik menghadapi orang2 yang berbeda setiap tahun”..hahay, bisa aja deh menghaluskan bahasa ”dasar player” itu, Mawar Hulinggi, teman sesama ”hobi”, untuk broadcast ”24 Tips for A Better Life” yang sampe sekarang kusimpan di memo Bbku, panduan kalo hati lagi kacau, Theodoron Arthur Voges, karena bbm2 broadcastnya yang beberapa kali berhasil membuat aku tersenyum dikala derasnya air mata mengalir selama berbulan2. , Faramitha Monoarfa dan Iskandar Chiko Uno, 2 adik setia yang selalu mendengar keluh kesah dan kegilaan jiwa ini, yang akhirnya menjadi pasangan, pasangan abadi yang walaupun sering berkelahi, tetapi mereka tau, kepada siapa mereka akan kembali, ketika kaki lelah melangkah, dan hati letih mencari, dan memperlihatkan padaku, terkadang menyenangkan berjalan bersama seseorang dalam diam ketika kaki telah lelah berjalan.

Indriani Karinda, untuk kesetiaan tiada taranya kepada sang kekasih, Roy Asona, yang membuat aku sadar, alasan Tuhan memisahkan kami berdua saat itu adalah karena suatu saat akan ada wanita berhati seluas samudra sepertimu yang menerima dan mendampingi dia dimasa senang dan susah dengan penuh kesabaran dan cinta, Irma Marola, untuk ketabahannya kepada salah seorang sahabatku, big brada Khairulamri, ketika masalah kalian menjadi inspirasiku, membuatku selalu sadar, bahwa selalu akan ada pelangi setelah hujan. Yulianti Suwarsi dan Mardianti ”Upik” Marlian, akan kisah nyatanya tentang peribahasa ”jodoh itu udah ada yang mengatur” ,kesabaran yang berbuah manis yah galz?? hahay, Faizah Septyawati, dalam totalitas untuk mencintai seseorang tidak diukur dari apa yang dia telah berikan, tapi apa yang bisa kita berikan untuknya.

Rury Pristiana dan Ratman, hubungan jangka panjang kalian, ngajarin aku, bahwa ternyata banyak cerita indah yang bisa dipelajari seiring waktu, Hendro Priharsoyo, sobat dadakan yang cerewet tapi mempunyai kata2 ampuh untuk membuatku terbahak2 dimalam hari.

Para wanita rempong penghuni kostan "Ci Lani's resident", Genteng Ijo 86, keluarga baruku 3 tahun terakhir ini, Windhy Pelupessy,Laura Tobing,Indah Kusumawati, Ruhmy Febrianti, Evi Aprianti, Regina "Rere" Windyasti, beragam kisah pelik hasil curhat dimeja makan kostan, ngajarin aku bahwa waktu akan menjawab semuanya, jika kalian sekarang terbukti berhasil melewati dengan tetap ceria, begitupun seharusnya aku. Mari kita kejar Sandy Sandoro sampai ke Mega Kuningan...hahahahaha.

For Mr Juhan Willyanto, you always teach me that “where there is a will, there is a way”. Slogan yang selalu tertanam, dan selalu terbukti ketika dijalani. Ditambah dengan kalimat dukungan “Come on Beb, u can do it. I’m really sure u can”. Tanpa aku sadari, ternyata kata-kata itu yang selalu ada untuk mengganti posisi lahiriahmu yang dulu jauh disisi, membuaku kuat untuk menjalani hari sendirian dikota yang dulu sama sekali asing ini. Terima kasih banyak untuk semua yang pernah kamu ajarin. Gara2 patah hati, aku jadi lebih mengerti, bahwa tak semua hal bisa aku atur dan miliki sesuai yang kumau, dan lebih tau, bahwa kalo kangen itu dibawa sholat, bukan curhat, jiahahahaha. Pinjem momen ultahmu yak, untuk mengukur seberapa besar kemampuanku ketika ingin bangkit dan menatap dunia lagi, dan heyyy...i did it, dan membuktikan bahwa pepatah ”no one is in charge of your happiness except your self” itu benar adanya. Sekarang, saatnya aku untuk kembali berlari, masih banyak hal yang belum aku alami, masih banyak mimpi yang harus aku raih. Tak lupa, kapanpun dan dimanapun, aku selalu mendoakan kamu, agar tetap sehat dan terus bahagia. aminnn

And hey you, Ivona Malonda, his new guardian angel, please take care of my baby, I know u are the best for him rite now. Always pray for your happiness. Glad to know you, thanks for ur invitation to being your friend, even just in Facebook frame, I really appreciate it. God Bless You both.

KEBAHAGIAAN ITU BISA DIUKUR, JIKA KITA MERASA BAHAGIA, BERARTI KITA BAHAGIA. LAIN HALNYA DENGAN KEBIJAKSANAAN, JIKA KITA PIKIR KITA BIJAKSANA, BELUM TENTU PIKIRAN ORANG LAIN BEGITU TENTANG KITA. (Paris Pandora, Fira Basuki).



Jakarta, 23 Juni 2010
Joyeux Anniversaire Juhan Willyanto...
Hanya doa bisa kuberi, serta permohonan maaf jika ada salah kata diwaktu kemarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar