Mam, ada rasa sesal dihati, ketika barusan saya membuka aplikasi
memo diponsel saya ini, dan tidak menemukan tulisan hampir selesai yang
semalam anakmu ini rangkai sebagai hadiah ulang tahunmu kali ini.
Tulisan yang hampir jadi, tulisan yang menandai kenangan dihati, tulisan yang mungkin bisa sedikit mengobati rasa rindu ini.
Mama,
sosok yang bisa dibilang perpustakaan pertama saya. Ratusan buku
bernyawa yang terangkum dalam sosok ibu berwibawa yang mendidik dua
putrinya dengan tangan dingin dan dekapan hangatnya. Walaupun begitu,
sejujurnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang wanita yang
mengabdi pada negara ini, yang bahkan masih terus mengabdi diakhir
hayatnya dulu. Mama, yang sibuk dikantor itu, dalam versi saya, hanya
menyisakan kenangan malam-malam panjang dimana beliau dan ayah saya
merawat putri kecilnya yang selama hampir setahun lebih sakit dan butuh
perhatian ekstra, atau beragam obat tradisional yang dibuat untuk
meredakan berbagai sakit yang menyerang anggota keluarganya, kenangan
akan perintahnya untuk belajar dan jadi seperti kakak yang pintar
disekolah, kenangan akan wangi parfum harum melati Estee-lauder yang
selalu tercium dipagi hari yang melengkapi teriakan ramai ketika beliau
membangunkan saya untuk meminum susu dan bergegas pergi ke kampus,
kenangan akan buku resep yang beliau kumpulkan satu persatu dan saya
yang kebagian untuk menuliskannya dalam satu buku catatan, dan sialnya
saat ini buku kumpulan resep andalan keluarga itu hilang entah kemana
(resep asli puding coklat dan puding orson itu pun tinggal secuil
kenangan dikepala saya, yang seringkali ngaco ketika diaplikasikan),
kenangan akan puluhan tas dan sepatu yang menjadi koleksi kebanggaannya
(sekarang kebiasaannya itu diwarisi oleh kakak saya), kenangan akan
sederet piring, perabotan, dan guci hiasan kembar untuk dua putri kecil
kesayangannya, yang konon alasan dibeli kembar, katanya kalau nanti kami
menikah dan pindah rumah, maka masing-masing kami akan menerimanya
tanpa ada yang terlewatkan (yang konyolnya beberapa guci sudah pecah
duluan ulah tingkah duo cucu kesayangannya,hahaha), kenangan akan
berbagai tanaman bunga dan buah dipekarangan rumah, kenangan akan
beragam kata mutiara pengganti kalimat amarah, kenangan akan rahasia
sedekah yang dianutnya, kenangan akan ritual menggulung rambut, selalu
tampil gaya dan senang mengenakan kebaya, kenangan akan cara mencuci
baju dengan membilas terlebih dahulu sebelum merendam baju dengan alasan
untuk mengurangi debu dalam rangka penghematan sabun (tetapi sayangnya
jadi pemborosan air,hahaha), kenangan akan ratu kondangan dan berbagai
acara lainnya (dan saya pun memilih untuk meneruskan kebiasannya
ini,hahaha), serta berbagai kumpulan kenangan lain yang sudah tidak
begitu jelas dalam ingatan.
Layaknya seorang ibu juara, beliau
mengajarkan kami berbagai ilmu hidup yang selalu kami patuhi, tegas
ketika bertitah, lembut ketika berkata, dan kelak caranya akan kami
teruskan pada anak cucu nanti.
Mam, sedikit kenangan yang selalu membuat saya tersenyum sambil menitikkan beberapa bulir airmata.
Beliau memang bukan prioritas saya ketika dulu ia masih bernyawa.
Bukan
pula sahabat teman diskusi, karena sejak dulu, suara yang keluar adalah
titah, ajaran yang merupakan perintah, bukan komunikasi dua arah.
Teringat
akan ulang tahunnya dulu yang hanya saya belikan jam yang harganya
bahkan tidak ada seperempatnya dengan harga hadiah saya terhadap mantan
belahan jiwa.
Namun, seperti kata ungkapan kasih ibu sepanjang
masa, dan kasih anak sepanjang sekali melangkah, mama tetaplah bahagia,
bahkan walaupun telepon atau pesan singkatnya diponsel saya hanya saya
balas dengan kalimat pendek atau suara balasan yang tidak lama. Tidak
jarang saya malah sengaja tidak mengangkatnya ketika sedang malas
berbicara. Hal fatal yang mengakibatkan saya menjadi seperti orang bodoh
selama hampir dua tahun lamanya setelah menyadari ketika beliau telah
tiada, namun tetap berhalusinasi dengan melihat layar ponsel saya,
berharap jutaan bahkan milyaran kali, ada panggilan masuk dari mama
tercinta.
Mama, senyum tulus yang terukir ketika saya melongokkan
kepala untuk menengoknya dirumah sakit tempat beliau menghembuskan
nafas terakhir, pesan agar saya meneruskan hidup dengan sehat dan
bahagia, tanpa pesan apapun yang memberatkan kedua putri kecilnya,
menjadi kenangan terindah, yang lagi-lagi saya, harus berjuang untuk
berhenti mengharapkannya, dan mengirimkan doa sebagai tanda cinta dan
bakti saya.
Ma, bahkan ketika hari ini anakmu ini memasang
status di bbm dan akun jejaring sosial, begitu banyak kerabat dan
sahabat yang mengucapkan selamat ulang tahun dan turut mendoakanmu,
membuat anakmu ini terharu dan berharap, semoga engkau tenang dan
bahagia disana, sambil menunggu kami, untuk bergandengan tangan lagi.
Ma, selamat hari jadi, doa kami, semoga terus bahagia yah. Amin.
Manado, 26 Juni 2012
Kado kecil si putri kecil untuk sang ibu Suri :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar